Itikaf dan Lailatul Qodar 10 Hari Akhir Ramadhan | LDII QHJ -->

Official Blog Lembaga Dakwah Islam Indonesia

01 January 2022

Itikaf dan Lailatul Qodar 10 Hari Akhir Ramadhan

LDII - Itikaf dan Lailatul QodarPada masa kenabian Bani Israil ada 4 orang alim yang selama hidupnya 80 tahun beribadah kepada Allah tanpa berbuat kesalahan sedikitpun. Meraka adalah Ayub, Zakaria, Hizkil bin A’juz dan Yusak bin Nun. Kabar tersebut mengherankan sekaligus membuat iri umat Islam dan para sahabat pada masa Nabi Muhammad s.a.w.

Kemudian Allah mengutus Malaikat Jibril untuk mengabarkan bahwa Allah menurunkan yang lebih baik dari itu yaitu Malam Qodar. Beribadah satu malam saat turunnya Lailatul Qodar pahalanya lebih baik dari pada beribadah selama seribu bulan atau 80 tahun penuh. Menurut petunjuk Rasulullah s.a.w. Malam Qodar jatuh di dalam sepuluh hari terakhir Ramadhan.

1766 – حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ قَالَ: حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ ابْنُ عُلَيَّةَ، عَنْ هِشَامٍ الدَّسْتُوَائِيِّ، عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ، قَالَ: اعْتَكَفْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْعَشْرَ الْأَوْسَطَ مِنْ رَمَضَانَ، فَقَالَ: «إِنِّي أُرِيتُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ فَأُنْسِيتُهَا، فَالْتَمِسُوهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ، فِي الْوَتْرِ»

__________

[حكم الألباني] صحيح

… dari Abi Said Al-Hudri, berkata: Saya itikaf bersama Rasulillahi SAW sepuluh hari yang tengah dari bulan Ramadan maka Nabi bersabda,”Sesungguhnya saya diperlihatkan pada malam Qodr maka saya dilalaikan (oleh Allah) tentang Lailatul Qodr tersebut. Maka carilah Lailatul Qodr itu dalam sepuluh hari terakhir yang ganjil”.
[Hadist Ibnu Majah no. 1766 Kitabushiam]

Ramadan benar-benar bulan yang penuh rahmat dan barokah. Pada sepuluh hari terakhir Allah membuka lebar pintu pahala dan pengampunan. Selain turunnya Lailatul Qodar sepuluh hari terakhir Ramadhan adalah waktu untuk Itikaf. Itikaf adalah berdiam diri di dalam Masjid, dengan merenung, ta’arub (mendekat), beribadah, berzikir dan mohon ampunan kepada Allah.

Salah satu ketentuan ibadah iktikaf adalah tidak keluar dari masjid atau masuk rumah kecuali hanya untuk keperluan buang hajat. Juga tidak boleh masuk rumah menjimak istri selama melaksanakan itikaf.

1770 – حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى قَالَ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مَهْدِيٍّ، عَنْ حَمَّادِ بْنِ سَلَمَةَ، عَنْ ثَابِتٍ، عَنْ أَبِي رَافِعٍ، عَنْ أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ: «يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الْأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ، فَسَافَرَ عَامًا، فَلَمَّا كَانَ مِنَ الْعَامِ الْمُقْبِلِ اعْتَكَفَ عِشْرِينَ يَوْمًا»

__________

[حكم الألباني] صحيح

… dari Abiyin bin Ka’bin sesungguhnya Nabi s.a.w. itikaf sepuluh hari akhir dari bulan Ramadhan. Maka pada tahun perjalanan (10 Hijriyah). Ketika pada tahun beliau (Nabi) diwafatkan, Nabi itikaf dua puluh hari.
[Hadist Ibnu Majah no. 1770 Kitabushiam]


… وَلَا تُبَاشِرُوهُنَّ وَأَنْتُمْ عَاكِفُونَ فِي الْمَسَاجِدِ …

… janganlah kamu pergauli istri-istrimu, sedang kamu beri’tikaf dalam mesjid. Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya….
[Surah Al-Baqarah ayat 187]


1776 – حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ رُمْحٍ قَالَ: أَنْبَأَنَا اللَّيْثُ بْنُ سَعْدٍ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ عُرْوَةَ بْنِ الزُّبَيْرِ، وَعَمْرَةَ بِنْتِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، أَنَّ عَائِشَةَ، قَالَتْ: إِنْ كُنْتُ لَأَدْخُلُ الْبَيْتَ لِلْحَاجَةِ، وَالْمَرِيضُ فِيهِ، فَمَا أَسْأَلُ عَنْهُ إِلَّا وَأَنَا مَارَّةٌ، قَالَتْ: وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، «لَا يَدْخُلُ الْبَيْتَ إِلَّا لِحَاجَةٍ إِذَا كَانُوا مُعْتَكِفِينَ»

__________

[حكم الألباني] صحيح

… sesungguhnya Aisah meriwayatkan: Bahwa ada saya masuk rumah untuk keperluan, dan di dalam rumah ada orang sakit, maka saya tidak bertanya dari orang sakit kecuali saya hanya lewat: dan ada Rasulillah s.a.w. tidak masuk rumah kecuali karena hajatnya ketika beliau itikaf.
[Hadist Ibnu Majah no. 1776 Kitabushiam]


19426 – أَخْبَرَنَا يُونُسُ، أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ، حَدَّثَنِي مَسْلَمَةُ بْنُ عَلِيٍّ عَنْ عَلِيِّ بْنِ عُرْوَةَ قَالَ: ذَكَرَ رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا أَرْبَعَةً مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ عَبَدُوا اللَّهَ ثَمَانِينَ عَامًا، لَمْ يَعْصَوْهُ طَرْفَةَ عَيْنٍ فَذَكَرَ أَيُّوبَ وَزَكَرِيَّا وَحِزْقِيلَ بْنَ الْعَجُوزِ وَيُوشَعَ بْنَ نُونٍ قَالَ: فَعَجِبَ أَصْحَابُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ ذَلِكَ فَأَتَاهُ جِبْرِيلُ فَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ عَجِبَتْ أُمَّتُكَ مِنْ عِبَادَةِ هَؤُلاءِ النَّفَرِ ثَمَانِينَ سَنَةً لَمْ يَعْصَوْهُ طَرْفَةَ عَيْنٍ، فَقَدْ أَنْزَلَ اللَّهُ خَيْرًا مِنْ ذَلِكَ. فَقَرَأَ عَلَيْهِ إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ هَذَا أَفْضَلُ مِمَّا عَجِبْتَ أَنْتَ وَأُمَّتُكَ: فَسُرَّ بِذَلِكَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالنَّاسُ مَعَهُ «3» .

… dari Ali bin Urwah mengatakan: Rasulullah SAW bercerita suatu masa ada empat orang Bani Isroil beribadah kepada Allah delapan puluh tahun tidak pernah melanggar pada Allah sekejab matapun (Rasulullah SAW) menyebutkan mereka adalah Ayub, Zakaria, Hizkil bin A’juz dan Yusak bin Nun. Ali mengatakan maka para sahabat Rasululllah SAW takjub terhadap mereka.

Maka Jibril datang pada Nabi dan berkata,”Wahai Muhammad umatmu terheran-heran terhadap mereka, beribadah selama delapan puluh tahun tanpa berbuat dosa sekejap matapun. Maka sesungguh Allah menurunkan yang lebih baik daripada demikian itu. Maka Jibril membacakan pada Nabi;

” إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ لَيْلَةُالْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ”

“Sesungguhnya Aku (Allah) menurunkan berita ini dalam malam Qodr. Apakah yang engkau ketahui tentang Malam Qodr? Lailatul Qodr lebih baik dari seribu bulan”.

Ini lebih utama daripada apa-apa yang engkau dan umatmu herankan. Maka bergembiralah dengan kabar ini, Rasulullah dan para manusia besertanya.
[Hadist Riwayat Abi Hatim No. 19426]


Doa ‘Itikaf

3513 – حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ قَالَ: حَدَّثَنَا جَعْفَرُ بْنُ سُلَيْمَانَ الضُّبَعِيُّ، عَنْ كَهْمَسِ بْنِ الحَسَنِ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ بُرَيْدَةَ، عَنْ عَائِشَةَ، قَالَتْ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ إِنْ عَلِمْتُ أَيُّ لَيْلَةٍ لَيْلَةُ القَدْرِ مَا أَقُولُ فِيهَا؟ قَالَ: ” قُولِي: اللَّهُمَّ إِنَّكَ عُفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي “. هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ


[حكم الألباني] : صحيح

… dari ‘Aisah, bercerita, saya bertanya,”Wahai Rasulallah sudikah kiranya engkau mengajari saya bila saya menjumpai malam lailatul Qodr doa apa yang saya ucapkan waktu itu?” Nabi menjawab, berdoalah: “اَللهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ كَرِيْمٌ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّيْ” (Ya Allah, sesungguhnya engkau Maha Pengampun dan Maha Mulya, Engkau senang terhadap orang yang minta pengampunan, maka ampunilah saya)
[Hadist Sunan Termizi No. 3513 Abwabul Da’awat]
Ref.: pengajian-ldii.net

Share on Facebook
Share on Twitter
Tags :

Related Post: